108 tahun kebangkitan
nasional, justru memberikan sebuah potret yang memprihatinkan. Di mana Para
pemuda yang mestinya menjadi ‘pembangkit nasional’ saat ini justru lebih banyak
diam, lebih banyak terlena dengan kesibukan masing-masing. Sebuah fakta yang
sangat berbeda dengan yang terjadi di masa-masa yang lalu.
Era digital seolah telah menghipnosis mereka agar lebih
banyak diam dan tidak peduli terhadap isu-isu hangat yang mengancam
keberlangsungan pembangunan bangsa.
Semangat kebangkitan Nasional harusnya dijadikan sebagai
sebuah momentum untuk membangkitkan diri. Semangat untuk menciptakan
perubahan-perubahan strategis dalam kemajuan bangsa. Semangat kebangkitan
Nasional seyogyanya menjadi momentum untuk menyadarkan diri agar lebih mampu
memahami kondisi pahit yang sedang melanda negeri tercinta. Semangat
kebangkitan Nasional tentu diharapkan agar menjadi momentum untuk mengikutsertakan diri dalam upaya
meningkatkan dan memajukan bangsa.
Anhar Gonggong
pernah menyeru bahwa generasi muda saat
sekarang jangan hanya menjadi penikmat kemerdekaan, tapi juga harus menjadi
pelaku.
Maka, terkait dengan semangat Hari
Kebangkitan Nasional untuk mewujudkan kesuksesan pembangunan Bangsa, maka saya
menganggap setidaknya ada 3 peran yang harus dilakakukan para pemuda.
Pertama, pemuda harus menjadi motor
pembangunan.
Pemuda sebagai pribadi dengan jiwa yang masih sangat
menggebu, tentu akan sangat berperan dalam pembangunan. Selain itu, pemuda
juga memilki pemikiran-pemikiran yang
masih fresh, kreatif, dan solutif. Pemikiran-pemikiran seperti ini menjadikan
mereka sebagai individu yang memilki kemampuan dan kemauan. Dan ketika kedua
hal tersebut dapat disandingkan, pasti akan melahirkan sebuah gerakan yang luar
biasa.
Terlebih lagi, saat ini banyak sekali posisi-posisi
strategis yang terbuka bagi pemuda. Mereka tidak hanya dapat bergerak dari
dunia akademik mereka, namun posisi-posisi strategis pemerintahan pun sudah
tersedia bagi mereka. Dengan kemampuan yang dimiliki, mereka dapat merangsek
masuk ke dalam dunia legislatif yang dapat dijadikan sebagai tameng untuk
bergerak demi perubahan.
Kedua, Pemuda harus menjadi Akselarator
pembangunan
Perencanaan-perencanaan yang dilakukan pemerintah tidak
jarang menemui kendala. Terkadang apa yang telah direncanakan pemerintah,
menemui kendala dalam tahap pelaksanaa. Kita tidak boleh sepenuhnya membebankan
pembangunan kepada pemerintah semata Di sinilah pemuda dapat menunjukkan
perannya. Dengan pikiran-pikiran inovatif yang dimilikinya, kendala-kendala
seperti demikian, tentu dapat diatasi. Terlebih lagi ketika semua pemuda
berinisiatif untuk bertindak sama-sama, maka solusi-solusi penuntasan
pembangunan akan bermunculan. Yang tentu solusi-solusi ini akan menunjang
suksesi pembangunan. Sehingga, dalam hal ini dibutuhkan komunikasi yang baik
antara pemerintah dan para pemuda. Pemerintah harus lebih terbuka dalam hal
ini, agar pemuda juga dapat bertindak dengan cepat dalam memberikan bantuan.
Ketiga, pemuda harus menjadi pengamat pembangunan.
Sebagai insan yang memilki intelektual tinggi, sudah
sepatutnya para pemuda memberikan perhatian penuh terhadap
pembangunan-pembangunan yang telah dan sementara dilakukan oleh pemerintah..
Sebagai insan yang kritis, para pemuda harus senantiasa memberikan masukan dan
perbaikan kepada hal-hal yang telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, pada
bagian ini, tentu tidak boleh disalah artikan. Kritik yang cerdas dan beretika
adalah yang dimaksud dalam hal ini. Sebab tidak sedikit pemuda yang melakukan
kritik terhadap pemerintah dengan cara-cara yang tidak cerdas. Mengatasnamakan
perbaikan, namun justru melakukan pengrusakan.
Oleh karena itu, katiga hal diatas, ketika mampu
dilakukan secara maksimal tentu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap
kemajuan bangsa. Pemuda dengan segala kelebihan yang dimiliki dinilai dapat
menjadi sebuah jalan keluar.
Kesimpulan
Di momentum yang istimewa ini, 107 tahun kebangkitan
nasional akan sangat baik ketika dijadikan sebagai waktu kebangkitan seutuhnya.
Peringatan kebangkitan nasional tidak boleh hanya dijadikan sebagai peringatan
semata. Harus ada follow up yang nyata. Harus ada tindakan praktikal yang
diberikan oleh para pemuda guna mewujudkan kemajuan bangsa.
Hari ini Indonesia membutuhkan pribadi-pribadi yang ingin
bergerak. Bukan pribadi yang senantiasa hanya mampu memberikan kritik tanpa
solusi. Seperti yang selama ini banyak diperlihatkan oleh generasi muda bangsa.
Indonesia telah memiliki banyak sekali kritikan, namun sedikit sekali yang mau
bergerak sebagai realisasi dari kritik tersebut.
Hari kebangkitan nasional bukan hanya sebatas momentum
yang dirasa tepat bagi para muda untuk melakukan aksi-aksi demonstrasi, namun
sewajibnya hari kebangkitan Nasional ini dijadikan sebagai Kebangkitan Para
Pemuda. Bangkit dari kediaman, dan bangkit dari bayang-bayang dunia hedonism
yang selama ini membelenggu.
Bangkitlah Bangsaku! Jayalah Pemudaku!
0 comments