(Watampone, 29 September 2016)
APA ITU MENCARI JEJAK ARUNG PALAKKA?
Mencari Jejak Arung Palakka
merupakan judul FTV yang disiapkan oleh Triamanda Citra Cinema. Awalnya saya
mengira FTV ini akan bercerita tentang masa lalu dengan setting kerajaan Bone.
Tapi, ternyata bukan. Bahkan 180 derajat berbeda dengan apa yang saya
perkirakan. Tidak ada sama sekali setting masa lalu kerajaan Bone yang
diberikan. Justru penggambaran anak muda masa kini. Dengan segala kekinian yang
mereka miliki.
Cerita tentang FTV ini sempat
heboh di Bone. Bahkan sebulan sebelum syuting, poster telah ditempel di
mana-mana. Baliho dan spanduk di gantung hampir di setiap sudut. Yang membuatnya
menarik adalah adanya audisi pencarian
114 talent yang akan diikut sertakan untuk bermain dalam FTV tersebut.
Alhasil, orang-orang pun berlomba-lomba mengikuti casting. Jika tidak salah,
tempat casting di Bola Soba.
Tempat-tempat strategis di Bone
pun dijadikan sebagai latar syuting. Misal Kampus STAIN Watampone, Lapangan Merdeka, Taman Bunga, Pallette,
Cempalagi, dan Stadion Lapatau. Dari segi promosi pariwisata, saya mengacungi
jempol.
Mulai syuting pada November 2015
lalu, saya memprediksi FTV ini akan meledak di Bone. Bukan tanpa sebab, selain
judul yang menjual, tidak tanggung-tanggung pihak Arul Production (sepertinya
PH) berani mendatangkan Dwi Andhika ke bumi Arung Palakka sebagai pemain
utamanya. Tentu ini memberikan nilai tambah. Terbukti dengan membludaknya
masyarakat yang datang di lokasi syuting. Bahkan saat itu, timeline sosial
media saya banyak dikuasai foto-foto alay bersama Dwi Andhika.
Untuk teman-teman yang sama
sekali belum tahu tentang rumor FTV ini, saya sarankan untuk tidak mencarinya di Google. Mungkin
akan lebih berguna jika langsung melihat trailernya di youtube. Loh? Kok gitu? J . Saya sudah mencoba
mencari informasi tentang FTV ini, tidak banyak web link yang saya temukan. Setidaknya
hanya 3 ada 3 web. Dua diantaranya merupakan pemberitaan dari Bonepos.com
tentang proses syutingnya, namun ketika saya klik ternyata domain Bonepos.com
expired sejak tanggal 26 September 2016. Satu-satunya yang saya bisa askes
adalah dari sebuah blog aprilhamarolala.blogspot.com yang dipost 22 November
2015. Isi blog ini pun tidak memberikan saya informasi yang begitu penting.
Hanya berisi testimoni si pemilik blog terhadap kedatangan Dwi Andhika di
kampus STAIN Watampone.
JADI, FTV INI BERCERITA TENTANG APA?
Saya telah menonton trailernya
puluhan kali, tapi belum mampu memprediksi akan seperti apa jalan ceritanya.
Bahkan di 5 kali tontonan pertama, isi trailenya pun tidak saya pahami. Mungkin
saat itu otak saya sedikit bermasalah. Teman-teman yang penasaran bisa lihat
official trailernya di youtube. Sudah ditonton
8542 kali sejak dipublish pada 28 Desember 2015 lalu oleh channel youtube ARULProduction (53
subscribers). Video berdurasi 3 menit 13 detik ini telah mendapat 114 likes dan
4 dislikes.
Di trailer tersebut, cerita dimulai
dari akting 2 orang anak kecil, laki-laki dan perempuan yang sedang dibully
oleh beberapa temannya. Diejek pacaran. Disoraki. Kemudian di bagian tengah
trailer diperlihatkan beberapa orang pemuda yang sedang berkumpul dan berbicara
tentang mencari jejak Arung Palakka. Sedangkan di bagian akhir disuguhkan
adegan Dwi Andhika dan Shy Edward (Semoga
namanya betul) berpelukan. Yang saya tahu dari trailer ini, bahwa dua anak
kecil yang dibully di adegan pembukaan merupakan Dwi Andhika dan Shy Edward.
Pengetahuan saya hanya sampai di sana. Hal yang paling ingin saya ketahui
adalah Apa hubungan mencari jejak Arung
Palakka dengan kisah cinta Dwi Andhika dan Shy Edwards tersebut? Dan itu
belum saya dapatkan di Trailer. Entah apakah itu bisa saya dapatkan di full FTV
nya atau tidak.
Bermacam komentar saya dapati di
video tersebut.
Bintangsembilan mamuju: sukses bro... Arung palakka adalah salah
satu simbol kebesaran ditanah Sulawesi, mengangkat tema ini adalah suatu
keberanian anak-anak muda yang memiliki kepedulian dengan nulia-nilai kebesaran
lokalitas kita. Satu masukan yang penting u teman-teman kiranya membuat film
selanjutnya tidak menghilangkan aspek kultur di BONE yaitu gaya bahasa atau
dialegnya. Tetapi satu hal yang pasti “FILM INI LUAR BIASA”
Andi alis: kapan bisa ditonton pilemnya .. pooo
Jahid doni: mantap
Aidil hasraff: kita
doakan filmnya sukses dan cepat tayang,
Irfan efendi: I like bone i like arung palakka
Aghil
syahriman: Bagus
ADA APA DENGAN FTV MENCARI JEJAK ARUNG
PALAKKA INI?
Izinkan saya memberikan pendapat
pribadi tentang FTV ini. Semoga tidak ada pihak yang tersinggung. Ini murni
pendapat. Sama sekali tidak berniat untuk menyerang siapapun. Saya orang Bone,
dan saya sangat bangga dengan kreatifitas anak muda seperti ini.
4 hal yang membuat saya terganggu
dari FTV ini:
1. Proses Casting yang bermasalah
Proses casting FTV ini pun tidak semulus yang
dibayangkan. Tidak sedikit orang yang mempermasalahkan tentang keharusan
peserta casting untuk membayarkan sejumlah uang. Saya mencoba menelusuri di
Google, ternyata hal tersebut memang tidak biasa terjadi. Umunnya setiap talent
yang akan mengikuti casting tidak dipungut biaya alias gratis. Tapi pada saat
casting Mencari Jejak Arung Palakka, orang-orang diharuskan membayar uang tunai
100 ribu (Menurut keterangan salah seorang teman yang mengikuti casting).
Jujur, saya sempat akan mengikuti casting tersebut.
Bahkan saya telah mengultimatum beberapa teman untuk turut ikut. Tapi setelah
tahu adanya biaya yang harus disetor ke pihak panitia casting, saya
MEMBATALKAN! Saat itu saya mendapat info bahwa karena adanya pembayaran casting
ini, banyak orang yang tidak jadi ikut. Sehingga, banyak pula peran yang tidak
mendapat talent. 114 kuota yang direncanakan, tidak terisi full. Jika saja
seandainya Kuota terisi full dan mereka membayar 100 ribu, berarti uang
registrasi terkumpul Rp. 11.400.000. Amazing! Lumayan untuk konsumsi panitia. J
2. Judul
Judulnya mencari Jejak Arung Palakka, namun di akhir
cerita ternyata tentang menyatunya kembali 2 hati yang telah lama terpisah.
Saya tahu betul bahwa salah satu faktor pendukung
untuk membuat sebuah produk laris di pasaran adalah judul. Hanya saja saya
ingin mengutip apa yang pernah saya baca di buku Asma Nadia, “Judul tidak hanya
perlu menarik, tapi harus memiliki benang merah dengan kesimpulan cerita.” Saya
sepakat dengan hal itu. SANGAT SEPAKAT.
Menurut saya, jika ingin membuat cerita tentang hati
yang bersatu kembali, maka sepertinya
tidak perlu mengambil Mencari jejak Arung Palakka sebagai judul. Bahkan mungkin
tidak perlu menjadikan Bone sebagai latar pemgambilan gambar. Kecuali, memang
diniatkan untuk SEKALIGUS mempromosikan
Bone, mungkin tidak masalah. That’s very good!
Pemilihan judul MJAP tersebut justru akan memberikan
efek “kekecewaan” terhadap para penonton. Sebelum menulis ini, saya sempatkan
untuk bertanya kepada teman-teman tentang apa yang terlintas di benak mereka
ketika mendangar judul MJAP? Maka jawaban mereka serentak. Pasti bercerita
tentang kerajaan Bone. Lantas, apakah orang-orang ini tidak akan kecewa ketika
menonton filmnya, yang sedari awal mereka ekspektasikan akan menonton sebuah
cerita tentang kerajaan Bone, pencarian pusaka atau hal-hal lain yang
berhubungan dengan Arung Palakka. Kemudian di akhir cerita akan ada adegan penemuan
benda atau sesuatu yang berharga lainnya yang tidak diketahui oleh orang banyak.
Pasti mereka akan berasumsi demikian. Saya pun tidak ingin menyalahkan mereka
jika berpendapat seperti itu. Sebab, memang telah turun temurun Arung Palakka
menjadi sosok yang tidak mungkin dipisahkan dari Kerajaan Bone.
Tapi saya belum bisa berspekulasi terlalu banyak
tentang isi film, sebab saya belum pernah melihatnya secara utuh. Bisa jadi
saya yang salah. Mungkin saja adegan-adegan yang saya sebutkan di atas tenyata
ada pada full FTV nya.
3. Masyarakat yang menonton syuting masuk
dalam frame
Silahkan cek trailernya pada detik 39-50, sebuah
kesalahan yang mungkin tidak banyak yang memperhatikan. Ketika Dwi Andika
sedang dalam perjalanan dan mendapati geng motor sedang menganggu seorang ibu
dan 3 anaknya. Diapun berinisiatif untuk menolong. Adegan perkelahian yang
dipraktekkan menurut saya sudah sangat mantap. Hanya, masalahanya adalah pada
saat adegan perkelahian, puluhan orang yang sedang menonton syuting dengan
sangat jelas terlihat dan masuk dalam frame. Mereka, sekali lagi, sangat jelas
tertangkap dalam frame sedang beridiri di pingggiran Lapangan Merdeka menonton
perkelahian.
Loh? Kan wajar jika ada orang yang berkelahi kemudian
ada yang melihat. Itu bisa jadi memaang bagian dari script.
Menurut saya, jika itu bagian dari skenario, maka
sedikit keliru. Kalau orang-orang tersebut memang ada, maka menurut logika
saya, harusnya mereka tidak hanya menonton. Paling tidak ada beberapa orang
yang akan membantu Dwi Andhika untuk melawan geng motor.
Ini merupakan sebuah blunder yang menurut saya tidak seharusnya
terjadi. Mungkin pihak production tidak memperhatikan pada saat syuting
berlangsung. Tapi saya yakin jika FTV ini tayang dengan kondisi gambar seperti
itu, pasti akan banyak menuai kritik. Belum tayang saja, saya telah mendengar
beberapa orang dengan berkomentar miring terhadap gambar di trailer detik 39-50
itu.
4. Waktu tayang yang tidak kunjung datang
Ini yang jadi masalah BESAR. Saat syuting pertama kali, teman-teman saya yang
terlibat dalam proses produksi FTV tersebut, saya tanyai tentang kapan akan
ditayangkan? Mereka menjamin bahwa kemungkinan
besar akan ditayangkan Januari atau Februari 2016. Tapi hingga sekarang,
setelah hampir setahun pasca syuting, belum pernah sekalipun saya mendengar
berita bahwa FTV Mencari Jejak Arung Palakka telah tayang di TV. Saya tidak
tahu, apakah saya yang kurang update atau memang betul-betul belum pernah
ditayangkan. Atau mungkin juga telah
tayang di stasiun TV yang siarannya tidak ada di TV saya.
Saya yakin, tidak sedikit orang-orang yang terlibat
dalam pemuatan film tersebut sekarang telah lupa jika 2015 lalu mereka pernah
syuting. Jika benar FTV tersebut belum tayang, maka muncul pertanyaan besar.
KENAPA? Apa gerangan yang menjadi permasalahan. Saya googling, umumnya di
Indonesia FTV akan ditayangkan paling lama 2 bulan setelah proses syuting
selesai. Kecuali memang jika ada masalah besar. Misalnya mendapat pencekalan
dari pihak tertentu. Tapi Jika sebuah FTV belum tayang setelah 10 bulan pasca syuting,
menurut saya ada masalah besar di sana. Tidak mungkin sebuah FTV yang
diproduksi dengan harga mahal hanya dibiarkan menganggur begitu saja tanpa
mendapat kesempatan tayang di stasiun TV.
Yah, saya tidak tahu pasti berapa biaya produksi FTV
tersebut. Info yang saya dapat bahwa biaya untuk memainkan Dwi Andika dalam
sebuah proyek syuting berada pada kisarana 30-40 juta. Maka, apakah bukan
sebuah hal yang mubazzir jika FTV seperti itu tidak dipertontonkan kepada
masyarakat?
Kemudian, misalnya jika film terebut sudah ditayangkan
dan ternyata saya tidak tahu. Berarti PH kurang promosi. Saya banyak
bersosialisasi dengan orang setiap hari. Saya memegang puluhan akun anonim di
soseial media, Instagram, FB, Twitter, dll. Tapi tidak pernah sekali saja saya
menemukan postingan yang membahas tentang FTV Mencari Jejak Arung Palakka telah
diputarkan.
Maka, sekali lagi saya berkesimpulan, ada sesuatu yang
salah dari FTV ini. Tapi jika tidak,
berarti saya salah. Hahahah.
Mungkin cukup cuap-cuap saya
tentang FTV kebanggan saya (DULU). Maaf jika ada hal yang tidak berkenan.
Daripada harus saya simpan dalam pikiran, bisa-bisa saya yang jadi SETRESSS!
Heheheh.
Terima kasih yang sudah membaca. Kalau
ada hal yang ingin dikomentari, silahkan. Saya akan mencoba menanggapi
setiap komentar yang masuk. Temkyu.
Ailopyu. Hahaha.
2 comments
:) :) iyyaaa dih kmana ngaremii ini film???
ReplyDelete:) entahlah
Delete