Kartini Dulu dan Sekarang


Malam Guys! Hari ini 21 April. Berarti saatnya memperingati hari Kartini. Kalian pasti tahu dong Kartini itu siapa. Yup, Kartini merupakan salah satu pejuang  bangsa yang gerkannya dalam masalah feminisme. Jangan bilang kalian tidak tahu apa itu feminisme. Silakan browsing sendiri yah kalau tidak tahu. MANDIRI lah wahai Kartini-kartini Alay!

Nah, di tulisan kali ini, saya akan membahas tentang Kartini. Rasanya tidak baik untuk meninggalkan momen ini tanpa ada tulisan. Membahas Kartini, berarti membahas perempuan. Dan ini lah yang akan menjadikannya menarik. I am so interested in talking about girl. Heheh. So, let's start!

Raden Adjeng Kartini, lahir di Jepara Jawa Tengah tanggal 21 April 1879. Beliau akrab dipanggil R.A Kartini. Meskipun sebenarnya, beliau lebih pantas dipanggil Raden Ayu. Sebutan Raden Adjeng hanya untuk wanita yang belum menikah. Sementara sejarah menyebutkan bahwa Kartini menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tanggal 12 November 1903.

Oke. Mari lanjut. Cukup perkenalan singkat dengan Beliau.

R.A Kartini selalu delekatkan dengan feminisme dan buku "Habis Gelap Terbitlah Terang". Habis Gelap Terbitlah Terang adalah buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini. Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht. Setelah Kartini wafat, Abendanon mulai berinisiatif mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.

Tapi, di tulisan ini saya tidak akan membahas gerakan atau pun buku R.A kartini, saya justru lebih tertarik untuk membandingkan antara Kartini dulu dan 'Kartini' sekarang. Mari kita bedah satu per satu.

Kartini dulu berteman dengan buku.  Sehingga tidak mengherankan ketika beliau memiliki kualitas yang mumpuni. Mari kita bandingkan dengan 'Kartini' sekarang.  Mereka justru lebih banyak berteman dengan gadget. Setiap hari bercengkerama dengan sosial media. Alhasil, yang mereka dapat bukan pencerdasan, tapi peng 'alay'an. Mereka baligh bukan pada saatnya. Muka kartini sekarang lebih tua dari pada umurnya.

Bergeser ke masalah nasionalisme. Kecintaan Kartini dulu kepada Indonesia tidak perlu lagi dipertanyakan. Hampir dari semua gerakan yang dilakukan untuk kepentingan bangsa. Sementara hari ini? Kartini-kartini lebih cinta pasangan mereka ketimbang negara. Panggilan pacar dipandang lebih sakral dari pada panggilan negara. Tidak banyak di antara mereka yang mampu menyuguhkan prestasi untuk negara.

Wibawa Kartini dulu tidak ada yang akan meragukan. Kita bisa melihat dari foto-foto yang beredar. Terpancar aura positif. Sementara, kita bisa melihat Kartini-kartini sekarang. Bibir merah, seperti pinggiran bisul. Alis lancip, seperti badik. Bayangkan guys, wibawa apa yang bisa muncul dari sana.

Kartini dulu terbilang kaya. Tapi, selalu bertahan pada kesederhanaan. Cara berpakaian, berbicara, dan bertindak,  jauh sekali dari kata over. Bandingkan dengan Kartini-kartini sekarang. Mayoritas dari mereka bertutur dan bertindak kasar. Kehidupan pas-pasan namun berlagak bak sosialita. Jauh berbeda dengan kartini dulu.

Jika Kartini dulu terkenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang, maka Kartini sekarang Pergi gelap pulang terang. 

Thank you Guys. *RM*

(11:39, Friday 21 April 2017)

You Might Also Like

1 comments

  1. Sebgai orng yg lahir di tanggal yg sama dengan hri lahir beliau..
    Di dalam hati selalu ada keinginan ingin menjdi sosok beliau sebagai seorang "wanita" tapi kenapa susah banget yah?? Hahaha
    Kakak nulis terus yah! Jangan pernh berhenti buat nge-blog. Cuz this blog is soooooooooooo goood (jangan di baca kyk iklan so good yak! �� "apasih garing��"). Hehehe..

    ReplyDelete