Keputusan PERTAMINA beberapa tahun lalu untuk menjadikan 3S (Senyum, Salam, Sapa) sebagai tagline merupakan terobosan yang sangat 'baik' menurut saya. Dengan pelayanan berbasis 3S tersebut, saya, pada awalnya sangat yakin akan menjadikan PERTAMINA sebagai perusahaan dengan pelayanan terbaik. Namun ternyata fakta berkata lain.
Di awal tagline ini muncul, PERTAMINA memang mendapat banyak pujian dan komentar positif. Namum, lambat laun slogan 3S pertamina ini, justru semakin meredup. Senyum, salam, dan sapa hampir tidak pernah lagi kita dapat. PERTAMINA harus fair untuk mau mengakuinya.
Saya, tinggal di KABUPATEN BONE. Salah satu kabupaten besar di Sulawesi Selatan. Dengan jumlah penduduk yang besar, maka kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) besar pula. Setahu saya, ada 7 SPBU PERTAMINA yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak masyarakat Bone. Dan alhamdulillah saya (sudah) pernah mengisi BBM di 7 SPBU tersebut. (Bisa jadi masih ada SPBU yang belum saya jangkau).
Akan tetapi, saya harus objektif mengakui. Dari ketujuh SPBU tersebut belum pernah sekalipun saya mendapatkan pelayanan 3S dari para pegawainya. Mungkin, bagi masyarakat yang kurang informasi menganggap pelayanan seperti ini sebagai sesuatu yang biasa biasa saja. Tapi, bagi mereka, termasuk saya, yang tahu tentang konsep 3S PERTAMINA akan sedikit risih dengan pelayanan demikian.
Parahnya, hal seperti ini tidak hanya terjadi di kabupaten saya. Ini merata hampir di seluruh daerah Indonesia. Sebelum menulis ini, saya menyempatkan diri untuk searching di Internet, dan hasilnya BOOM! Awalnya saya mengira masalah ini hanya terjadi di kabupaten saya. Ternyata banyak kasus sama yang saya temukan. Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi lebih-lebih.
Untuk mendukung OPINI saya dalam tulisan ini, saya mencoba mendatangi salah satu SPBU terdekat. Mencoba membuktikan kebenaran opini saya. Dan hasilnya adalah:
SEMUA PEGAWAI TIDAK MENGGUNAKAN 3S!
Bahkan kata-kata "dimulai dari nol ya..." yang juga menjadi ciri khas SPBU PERTAMINA juga tidak pernah digunakan. Miris.
Tidak hanya itu, kita bisa melihat di foto, seorang pegawai cewek yang sedang mengisi bensin ke pelanggan, menutup separuh wajahnya. MIRIS. Jangankan mendapat senyum, melihat mulutnya saja tidak. Dan tidak hanya terjadi di SPBU ini. Semua SPBU di Bone, yang memiliki pegawai cewek, cenderung melakukan hal yang sama. Silahkan buktikan sendiri jika tidak percaya.
Kami, konsumen terkadang merasa tidak nyaman jika harus dilayani seperti itu. Yah kalau malu jadi pegawai SPBU Pertamina, mbok ya berhenti saja. Dari pada membuat konsumen tidak nyaman. Tidak usah menutup wajah seperti itu. Toh, pegawai SPBU bukan sesuatu yang memalukan.
Lantas kalau sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan? PERTAMINA kah? Pengelola SPBU kah? Atau para pegawai kah? Entahlah. Yang jelas masalah ini tidak boleh dianggap remeh.
Tulisan saya, mungkin oleh sebagian orang akan dianggap sampah. Tapi biarlah. Tujuan saya yah memang bukan untuk mendapat pengakuan. Saya murni ingin menyampaikan keresahan, yang saya yakin bukan hanya saya yang rasakan. Tulisan ini semoga bisa menjadi penyambung lidah saudara-saudara saya yang juga merasakan hal sama.
Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca. Maafkan jika ada kesalahan. Semua isi tulisan ini, adalah murni opini saya. Adapun fakta yang saya ceritakan adalah benar adanya.
Ai lop yu oll!
0 comments