Pembangunan Daerah di Tangan Pemuda

Tentu masih teringat bagaimana ketika Presiden pertama RI mengatakan dalam pidatonya dengan sangat membara tentang arti penting keberadaan pemuda.
“Beri Aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia”. Pesan ini seolah memberikan isyarat bahwa keberadaan pemuda sangatlah diharapkan dalam proses berbangsa dan bernegara.
Pemuda telah dan akan selalu menjadi motor dari segala gerakan kebangsaan yang ada. Sejak zaman kolonialisasi hingga sekarang, Mereka selalu berada di garda terdepan dalam
melakukan perubahan.
Tidak mengherankan apabila tokoh besar, seperti Soekarno sangat mengelu-elukan peran kepemudaan dalam perkembangan bangsa.
Dalam beberapa pidatonya, Soekarno selalu menggambarkan pemuda sebagai individu dengan berbagai kelebihan. Pemuda adalah pribadi yang bergelora, memiliki kecerdasan, visioner, revolusioner, dan yang terpenting adalah semangat yang tidak pernah padam.
Sumpah Pemuda, Sebuah gerakan yang pernah dipelopori oleh para pemuda, sekaligus menjadi bukti keseriusan pemuda dalam mengawal bangsa menuju ke arah perkembangan. Tanggal 28 Oktober 1928 menjadi gerakan awal pemuda tanah air untuk mempersatukan bangsa. Dengan meneriakkan bahwa kita semua berada dalam satu. Kita semua adalah Indonesia.
Sepertinya sudah sangat sulit untuk memisahkan pemuda dengan perubahan-perubahan yang ada di negara kita.
Gerakan-gerakan kepemudaan yang dilakukan pada tahun 1945 untuk mewujudkan kemerdekaan merupakan gerakan paling bersejarah bagi pemuda. Soekano bersama dengan pemuda-pemuda yang lain, menjadi pemain dalam gerakan ini. sebuah gerakan yang sanga luar biasa dan akhirnya berbuah freedom (kebebasan).
Gerakan mereka pun tidak terhenti pada pengawalan kolonialisme tradisionil. Kolonialisme modern yang telah menjadi trend masa kini, juga menjadi pusat perhatian para pemuda. Hari ini, pemuda telah menempatkan diri sebagai controller bagi segala bentuk penerapan kebijakan yang berbau kolonialisme. Mereka tidak akan segan-segan melakukan revolusi serta reformasi bagi pemerintah yang dirasa tidak memihak terhadap rakyat. 
Misalnya saja gerakan yang mereka lakukan pada tahun 1966 ketika memaksa Soekarno turun dari tahta pemerintahan. Setelah banyaknya masalah kebangsaan yang muncul. Gerakan saat itu seolah tidak memberi ruang lain kepada Soekarno selain turun tahta.
Pemerintahan Soeharto pun pada 1998 tidak luput dari perhatian mereka. Dengan segala gerakan yang mereka lakukan, akhirnya mampu menggulingkan pemerintahan 32 tahun soeharto yang saat itu penuh dengan intrik politik tidak sehat.
1928, 1945, 1966, dan 1998 adalah saksi gerakan luar biasa pemuda dalam mengawal pembangunan bangsa. Seolah, tidak ada lagi yang bisa membantahkan bahwa pemuda dan perubahan adalah 2 hal yang akan selalu berdampingan.
Gerakan-gerakan yang mereka lakukan pun merupakan gerakan menyeluruh dan terstruktur. Mereka tidak hanya melakukan gerakan dari atas, melainkan juga melakukan gerakan dari bawah.
Dengan segala gerakan yang telah dilakukan, maka pantaslah apabila pemuda dikatakan sebagai agent of change, agent of social control, dan agent of development.
Telah begitu banyak sejarah yang memperlihatkan peran-peran pemuda. Hampir semua gerakan kebangsaan yang ada dipelopori oleh para pemuda.
Pemuda untuk pembangunan daerah
Pembangunan daerah tentulah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Akan tetapi menjadi tanggung jawab seluruh elemen kebangsaan, termasuk pemuda.
Namun, kemudian muncul berbagai pertanyaan bahwa “Apakah pemuda betul-betul mampu melakukan perubahan di daerah?”, “Seberapa besar pengaruh yang mereka berikan terhadap pembangunan daerah?”, “Apa saja yang bisa mereka tawarkan untuk daerah?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tentu hanya mampu dijawab oleh pemuda sendiri. Merekalah yang lebih tahu pasti tentang jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut. Entah, apakah mereka akan menjawabnya dengan ucapan ataukah akan menjawab pertanyaan tersebut dengan gerakan dengan memperlihatkan kegigihan dalam mengawal pembangunan.
Pembangunan di daerah akan sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang ada. Semakin mumpuni kualitas sumber daya manusia, maka semakin cepat pula kemungkinan terjadinya pembangunan.
Generasi muda sebagai penyandang SDM yang masih fresh diharapkan mampu menjadi penggerak, pelanjut, dan pengawal perubahan di daerah. Peningkatan pembangunan daerah di masa yang akan datang sudah sepatutnya dibebankan kepada para pemuda.
Namun, ditengah sanjungan-sanjungan dan harapan yang ada, akhir-akhir ini munculah berbagai persepsi miring terhadap pemuda. Banyak pihak yang menilai bahwa pemuda lebih memilih menempatkan diri dalam kelompok politik ketimbang kelompok sosial. Sehingga, terkesan masih ada sekat yang menghalangi mereka untuk melakukan pembangunan secara langsung. Padahal Pemuda sangat diharapkan agar mampu melakukan gerakan-gerakan sosial yang langsung menyentuh pembangunan kebangsaan dan kemasyarakatan.
Oleh sebab itu, harusnya pemuda tidak lagi hanya menjadi pemain di belakang layar. Sudah saatnya pemuda memposisikan diri sebagai pemain utama. Yang dibutuhkan bukanlah sekedar pikiran semata, melainkan juga tenaga yang masih segar dan masih sangat baru. Pemuda dipandang sebagai figur yang harusnya masih bersih dari intrik-intrik kepentingan dan bebas dari politik praktis.
Generasi muda yang banyak menempatkan diri dalam organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan tentulah memiliki posisi yang strategis dalam pembangunan daerah. Mereka tentu lebih memahami kondisi  kedaerahan yang ada. Dengan posisi-posisi tersebut, mereka akan lebih leluasa melakukan controlling, sehingga lebih mudah membaca kondisi dan mempersiapkan gerakan.
Pemuda menjawab Tantangan
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa setidaknya pemuda memiliki  3 peran. Yakni sebagai Pengontrol, Peubah, dan pengembang. Ketiga peran inilah yang diharapkan mampu menjadi tumpuan dalam melakukan pembangunan di daerah. 
Dan terpenting adalah setidaknya ada 5 gerakan yang bisa dilakukan pemuda sebagai upaya peningkatan pembangunan di daerah.
Pertama, pemuda haruslah menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif. Pemuda diharapkan mampu melakukan perkembangan dan perubahan melalui karya-karya nyata yang dimilikinya. Seorang pemuda tidaklah seharusnya menjadi individu yang non-produktif. Sudah saatnya mereka berani menciptakan karya-karya kreatif demi perkembangan di daerah.
Kedua, pemuda haruslah menjadi pengontrol dari segala kebijakan yang ada di daerah. Setiap kebijakan yang ada, tidak boleh terlewat sedikitpun. Kebijakan yang dirasa tidak berpihak kepada rakyat wajib untuk dilawan.
Ketiga, pemuda diharapkan untuk selalu aktif dalam melakukan pembentukan wadah atau komunitas yang berorientasi pada perkembangan pembangunan. Misalnya dengan membentuk karang taruna, bergabung dalam kelompok remaja masjid, atau membuat kolompok-kelompok baru yang sejalan dengan harapan dan keinginan pemerintah untuk melakukan perkembangan.
Keempat, Pemuda harus senantiasa menjaga nilai-nilai budaya dan kegamaan yang ada di tengah kerasnya hantaman globalisasi dan modernisasi. Sehingga, nilai-nilai tersebut tetap terjaga dan tidak tegoyahkan.
Kelima, seorang pemuda harus senantiasa ikut serta dalam proses pembangunan. Mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan. Hal ini bertujuana agar para pemuda dapat merasakan langsung bagaiamana nikmatnya menjadi subjek pembangunan di daerah.
Konklusi
Satu hal yang telah menjadi pengetahuan bersama bahwa kesuksesan pembangunan di daerah merupakan kesuksesan bagi pembangunan nasional. Begitu pula sebaliknya, ketidakberhasilan pembangunan di daerah berarti ketidaksuksesan pembangunan nasional.
Maka, dengan segala kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya, pemuda diharapkan mampu menunjukkan keikutsertaannya dalam pembangunan. Mereka sepatutnya merangsek memasuki seluruh posisi strartegis yang ada demi pengawalan pembangunan.
Pihak-pihak yang lain pun harus senantiasa menunjukkan dukungan secara penuh kepada para pemuda. Bahkan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah duduk bersama, mengikut sertakan pemuda dalam melaksanakan kajian perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, serta evaluasi pembangunan. Agar mereka memiliki arah gerakan yang jelas dalam mewujudkan pembangunan daerah.
Sehingga, ketika pemuda sudah mampu menempatkan diri dan berperan sesuai dengan posisi masing-masing, maka  proses pembangunan di daerah akan terealisasi dengan sukses dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat umum.

You Might Also Like

0 comments