(17:20)
Aga kareba everybody?
Welcome to PAPAR, PLEMAHAN, JATIM!
Dusun kecil yang tidak pernah terlintas di pikiran akan bisa saya kunjungi. But now I'm here. KAMPUNG INGGRIS mempertemukan kami.
Tidak ada hal lain yang saya khawatirkan berada di tempat ini selain "Serangan BAHASA JAWA" dari penduduk. Bahasa Indonesia saya saja masih belepotan. Ya Allah, selamatkan hamba.
Untunglah, tante yang aku tempati di sini bukan fanatik Jawa. Bahasa Indonesianya tetap ada. Yah tapi tidak begitu mantap sih. Setidaknya dia bisa mengerti kalau-kalau saya harus berbicara dengannya. Yang jadi persoalan, cucu tante juga tinggal di sini. BAHASA INDONESIA nya sama sekali tidak ada. JAWA tulen. Dan dia cerewet.
"Koe jenenge sopo?"
"Wes mangan belum"?
"Ndih?"
Dan masih banyak lagi serangan-serangan dari bocah cilik itu yang hampir merusak otak saya. Bahasa Jawaku NOL BESAR! Satu-satunya kalimat bahasa Jawa yang saya tahu adalah "Piye kabare? Enak jamanku toh?" . Itu pun karena saya mengidolakan pak Harto.
Terbayang sudah akan semenderita apa saya selama di sini. Itu baru 2 serangan dari orang rumah. Belum serangan dari ibu-ibu komplek sini. Harusnya saya kursus bahasa Jawa dulu.
Maka, untuk menyelamatkan diri dari serangan-serangan itu, saya paksa mata tertutup cepat. Tapi yah.. kata orang, kalau jodoh tidak akan ke mana. Benar saja, saya berjodoh dengan serangan bahasa Jawa itu. Pagi-pagi benar, ibu-ibu komplek memulai aktivitas wajib mereka. BERGOSIP dan BERTERIAK! Dipadukan menjadi satu. Dikoordinir oleh tante. Sadis gak tuh?
Serangan itu pun semakin menggila, setelah ibu-ibu terus bertambah. Ya Allah, dosa apa hamba Mu ini? Sampai-sampai Engkau harus memperdengarkan hamba mereka bergosip ria dengan Bahasa Jawa? Ampuni hamba Ya Allah.
Ibu-ibu komplek ini, kalau sudah berkumpul di atas 2 orang, tingkat produksi busa mulutnya meningkat drastis. Itu bisa dipakai cuci piring. SUNLIGHT pasti kalah.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Istirahat dulu yah. Cuappeek euy!
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
(Wed, 10 Aug, 05:11)
Lagi-lagi aga kareba Everybody. .
Lanjut yah.
Serangan-serangan beberapa hari kemarin, membuat saya sadar bahwa seharusnya saya kursus Bahasa Jawa saja. Bukan kursus bahasa Inggris. Menjadi minoritas di tengah-tengah mayoritas memberikan sensasi tersendiri. Satu-satunya jalan keluar dari masalah ini, saya harus masuk ke dalam bagian mayoritas itu.
Hari-hari berikutnya saya mencoba berbaur dengan mereka hingga pada akhirnya dapatlah saya seorang teman baru. Cewek. Namanya Ardhila. Panggil saja Dhila. Atau bisa juga dipanggil Malaikat Pencabut Nyawa. Hehe.
Hari-hari selanjutnya, saya banyak dibantu Dhila. Cari kursus, mendaftar, tes, cari perlengkapan, semua atas bantuannya. Yah kebetulan dia punya motor, jadi enak kalau mau ke mana-mana. Dari pertemanan saya dengan Dhila, akhirnya saya dapat teman baru lagi. 4 orang. Namanya tidak usah saya sebutkan di sini. Nanti mereka kegeeran. Hehehe.
5 kenalan baru ini, saya jadilan sebagai mentor bahasa Jawa. Hasilnya lumayan, kosa kata bahasa Jawa saya meningkat tajam. Yah meski demikian, harus tetap bersabar. Tidak jarang mereka berlima bergosip di depan saya dengan Bahasa Jawa. Penerus ibu-ibu komplek sepertinya sudah muncul.
Ini daftar kosa kata baru saya selama bergaul dengan calon ibu-ibu komplek itu:
Konco, bojo, loro, luruh, jeneng, ndih, lanang, koe, sampeyan, ro, NDASMU, gendeng, isim, ngono, banyu, iwak, sak arepmu.
Peningkatan yang signifikan. Terima kasih cewek-cewek cantik. Terima kasih telah mengajari saya Bahasa Jawa, dan terima Kasih telah mengajari saya cara makan di Foodcourt. Hehehe.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Thank you ma bro n sist. Sampai ketemu di postingan selanjutnya.
0 comments